10 Bencana IT Terbesar Sepanjang Sejarah

Bencana teknologi seringkali lebih buruk daripada bencana alam. Dari segi skala misalnya, bencana teknologi global dapat berimbas ke seluruh dunia, sedangkan mayoritas bencana alam hanya berskala lokal.

Sejarah mencatat berbagai kejadian buruk yang terjadi akibat kegagalan teknologi. Sebagian besar menyebabkan kerugian materi hingga miliaran dolar. Bahkan salah satu di antaranya hampir memicu perang dunia.

Baca juga

10 Bencana IT Terbesar Sepanjang Sejarah

Tidak ada software yang sempurna. Bahkan programmer paling mahir sedunia pun setiap hari berurusan dengan bug dan error. Sayangnya, pada beberapa kasus vital, kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal.

1. iPhone 6 dan iPhone 6 Plus Bengkok

Saat rilis pertama kali pada 2014, seri iPhone 6 dan iPhone 6 Plus mengalami masalah serius. Beberapa pengguna melaporkan bahwa perangkat mereka tiba-tiba bengkok, padahal mereka hanya menggunakannya untuk aktivitas normal.

Sulit dipercaya bahwa produk sekelas Apple bisa begitu rentan. Padahal Apple terkenal sebagai salah satu produsen gadget papan atas dunia. Mungkin bencana teknologi ini adalah salah satu kesalahan yang paling disesali mendiang Steve Jobs.

2. Layanan Blackberry Mati

Sama seperti Nokia, Blackberry juga pernah berjaya pada masanya. Namun siapa sangka, di masa-masa terbaiknya, Blackberry justru mengalami masalah yang spontan menjatuhkan posisinya di kompetisi global.

Tepatnya tahun 2011, layanan Blackberry mati total di hampir separuh dunia, meliputi Eropa, Timur Tengah, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat, dan Kanada.

Selama beberapa hari, pengguna Blackberry sama sekali tidak bisa mengirim SMS dan terhubung ke internet. Kejadian ini menyebabkan banyak pengguna beralih ke iOS dan Android. Sejak saat itulah pamor Blackberry meredup sampai akhirnya tersingkir dari panggung gadget dunia.

3. Kegagalan Router Southwest Airlines

Southwest Airlines, salah satu maskapai penerbangan terbesar di Amerika, mengalami kegagalan router pada 2016. Bencana teknologi ini memaksa Southwest untuk membatalkan 2300 dan menunda 7000 jadwal penerbangan.

Satu bulan setelahnya, Delta Airlines pun mengalami masalah serupa. Disusul oleh United Airlines tidak lama kemudian.

4. Software Trading Knight Capital Group Error

Apa jadinya jika software trading mengalami error? Hal inilah yang menimpa Knight Capital Group. Pada tahun 2012 silam, software trading saham Knight Capital mengalami error yang menyebabkan jutaan perdagangan tidak disetujui.

Akibat kejadian ini, Knight Capital kehilangan 440 juta USD hanya dalam waktu setengah jam. Kerugian ini bahkan lebih besar daripada nilai kapitalisasi pasar perusahaan itu sendiri.

5. Kebocoran Data Retail Target

Target adalah salah satu raksasa retail di Amerika. Pada akhir tahun 2013, terjadi kebocoran data Target secara masif. Informasi pribadi dan nomor kartu kredit 70 juta pengguna Target telah tersebar ke dunia maya.

Bencana teknologi seperti ini akan menghasilkan efek berantai. Di tangan oknum yang tidak bertanggung jawab, data pengguna sebanyak dan selengkap itu dapat digunakan untuk berbagai tindakan kriminal. Misalnya dengan menjadikannya target phishing guna menguras harta pemilik data.

6. Jaringan AT&T Mati

Tahun 1990, 1 dari 114 switch milik AT&T mengalami kegagalan fungsi. Penyebabnya hanyalah bug pada satu baris kode yang ditambahkan pada salah satu upgrade. AT&T pun terpaksa mematikan dan mereset seluruh switch mereka.

Walaupun hanya sebaris kode, dampaknya bisa sangat signifikan. Akibat kejadian ini, 75 juta panggilan telepon di Amerika Serikat tidak terjawab. American Airlines saja mengestimasi kerugian hingga 200.000 reservasi sebagai dampak dari kejadian ini.

7. Roket Ariane 5 Meledak

Ariane 5, roket seharga USD 8 miliar, meledak 36,7 detik setelah peluncuran. Bencana teknologi ini terjadi pada tahun 1996. Penyebab kejadian ini adalah kegagalan mesin dalam menjalankan software.

Salah satu bagian software menggunakan format 64 bit, padahal Ariane 5 hanya mendukung format 16 bit. Komputer Ariane 5 gagal mengkonversi kode program tersebut dan menyebabkan guidance system mati.

Sebenarnya Ariane 5 sudah memiliki unit cadangan untuk mengambil alih kontrol apabila guidance system tidak berfungsi. Sayangnya, unit cadangan ini juga menjalankan software yang sama.

Tak lama kemudian, Ariane 5 yang menjalankan misi mempelajari interaksi antara medan magnet bumi dengan angin matahari pun meledak.

8. Bug Sistem Child Support Agency (CSA)

Electronic Data Systems (EDS) adalah perusahaan yang menangani pembenahan sistem Child Support Agency (CSA). Pada tahun 2004, Department for Work and Pensions (DWP) memutuskan untuk mereformasi CSA dan, pada saat yang sama, memasukkan komputer CS2 milik EDS.

Sayangnya, CS2 tidak bekerja sebagaimana mestinya. Pasca reformasi, CS2 membayar 1.9 juta orang dengan jumlah lebih besar dari yang seharusnya mereka dapatkan. Di sisi lain, 700.000 orang mendapatkan jumlah lebih sedikit dari hak mereka.

Untuk sebuah agensi yang bergerak di bidang pelayanan sosial, kejadian semacam ini tentu saja sangat merugikan.

9. Laptop Dell Meledak

Pada sebuah pameran di Jepang tahun 2006, laptop milik Dell tiba-tiba meledak. Fatalnya, ledakan ini terjadi di sebuah event besar dan terekam dengan jelas di kamera. Hal ini tentu saja menjatuhkan reputasi Dell secara drastis.

Dell pun segera menginvestigasi laptop yang meledak tersebut. Hasil investigasi menunjukkan bahwa sumber masalah terletak pada baterai yang terlalu panas. Michael Dell selaku Company Chief Executive pun menyalahkan Sony sebagai produsen baterai Dell.

Ternyata hal ini tidak hanya terjadi pada Dell. Tak lama kemudian, Apple juga melaporkan masalah yang sama pada produk iPod dan Macbook mereka. Matsushita bahkan terpaksa mengganti 54 juta perangkat yang mereka produksi.

Bencana teknologi ini sangat merugikan Sony. Untuk Dell dan Apple saja, Sony harus menggelontorkan dana hingga 20 miliar yen dan 30 miliar yen.

10. Sistem Peringatan Soviet Hampir Memicu Perang Dunia

Tahun 1983, sistem peringatan dini milik Rusia tiba-tiba menampilkan peringatan bahwa Amerika meluncurkan 5 rudal balistik. Jika Rusia merespon peringatan tersebut, perang dunia 3 mungkin saja terjadi.

Untungnya, Letkol Stanislav Petrov yang bertugas saat itu mengabaikan peringatan dari Early Warning System (EWS). Menurutnya, jika Amerika benar-benar berniat untuk menyerang, tidak mungkin mereka hanya mengirimkan 5 rudal. “Aku merasakan sesuatu yang lucu di perutku”, kata Letkol Petrov.

Benar saja, ternyata peringatan yang berasal dari EWS tidak benar-benar terjadi. Amerika tidak pernah meluncurkan balistik. Penyebabnya adalah kegagalan software pada sistem EWS yang keliru membaca data satelit.

Saat satelit melihat pantulan sinar matahari dari puncak awan, EWS mendeteksinya sebagai rudal. Perang dunia akibat bug pada software tentu bukan sesuatu yang lucu, dan hal ini pernah hampir terjadi dalam sejarah.

Bencana Teknologi di Masa Depan akan Lebih Berbahaya

Teknologi adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi mampu membawa kita menuju kehidupan yang lebih baik. Tapi di sisi lain, teknologi juga bisa menyebabkan bencana berskala global.

Di masa depan, seiring dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi, bahaya yang terkandung di dalamnya juga semakin besar. Kemampuan manusia dalam mengembangkan teknologi harus terus ditingkatkan guna meminimalisir berbagai risiko.

Selain itu, kita juga memerlukan semacam sistem mitigasi untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Apalagi di era digital dimana semua orang mengandalkan teknologi. Kegagalan fungsi pada sistem IT vital akan menghambat atau bahkan menghentikan aktivitas sehari-hari.

Semoga tidak ada bencana teknologi serupa di masa depan.

Leave a Comment