CEO Siloam Hospitals Group, Caroline Riady mempresentasikan perjalanan transformasi digital Rumah Sakit Siloam dalam Simposium Transformasi Digital Indonesia HIMSS pada 25 Mei 2022 di Jakarta.
Siloam Hospitals Group merupakan salah satu penyedia layanan kesehatan terkemuka di Indonesia. Grup ini mengoperasikan 41 rumah sakit skala nasional, yang beberapa di antaranya berlokasi di wilayah timur seperti Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Padahal mereka memulainya dengan hanya 4 rumah sakit pada 2010.
“(Pada 2016) kami belum melakukan transformasi digital, kami memiliki 26 rumah sakit yang menerapkan 16 sistem IT yang berbeda-beda. Dari 16 sistem IT tersebut, dua di antaranya masih berbasis DOS,” ujar Caroline dalam simposium tersebut.
“Proses yang sangat, sangat berat”
Seperti disampaikan Caroline, proses digitalisasi Siloam dimulai pada tahun 2016.
Perusahaan harus melakukan standardisasi lebih dari selusin sistem IT, dan mulai mengembangkan satu sistem informasi rumah sakit, sistem keuangan, dan sistem booking untuk pasien sebagai fondasi transformasi digital mereka.
Dia menambahkan perusahaan tidak melakukan pengujian pengguna internal pada beberapa fitur, tetapi mengujinya di lapangan secara langsung. Sistem Billing dari sistem informasi rumah sakitnya stabil 3 bulan kemudian. Siloam Group kemudian menerapkan sistem tersebut pada 25 rumah sakitnya.
“Prosesnya sangat, sangat berat… Setelah rumah sakit yang pertama, kami akhirnya menyelesaikan (standardisasi) rumah sakit yang terakhir tiga tahun setelahnya,” ujarnya dalam simposium.
Transformasi Digital Lebih Lanjut
Caroline menambahkan bahwa Siloam Group juga mengimplementasikan sistem ERP, yang selesai tahun lalu (2021). Namun, ketika itu mereka terkejut dengan pemberitahuan bahwa “layanan dukungan berakhir”.
“Jika bekerja dengan vendor, tanyakan kapan selesainya support. Jangan tanya setelah selesai,” ujarnya.
Caroline menyampaikan bahwa transformasi digital yang mereka terapkan mencakup booking jadwal untuk pasien, rekam medis elektronik, telekonsultasi, sistematisasi pengelolaan SDM, tata kelola kedokteran, dan aspek CPOE (Computerized Physician Order Entry). Perusahaan juga berinvestasi pada sistem antrian satu pintu, yang bertujuan merampingkan antrian pasien dari konsultasi dokter untuk ke apotek dan laboratorium.
Caroline menambahkan, tahap akhir transformasi digital mereka adalah inovasi dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan layanan dan perawatan pasien.
Proses transformasi dan digitalisasi ini telah memberikan manfaat untuk rumah sakit. Salah satunya adalah integrasi online dan offline yang lebih lancar, seperti booking laboratorium secara online dan pengiriman obat secara offline tanpa kerumitan. Hal ini juga memungkinkan pasien dapat lebih muda dalam mengakses data, serta pemanfaatan data yang lebih optimal dalam operasional rumah sakit.
Dukungan dari HIMSS
Caroline sangat senang dengan dukungan dari HIMSS yang memberikan kerangka kerja, standar, dan acuan tentang apa yang harus dilakukan, dan mencatat bagaimana RS Pondok Indah Group telah mencapai EMRAM tahap 6 pada bulan Maret 2022 – menjadi layanan kesehatan Indonesia pertama yang mencapainya.
“Jika di luar negeri (telah diadopsi), mengapa kami harus trial & error lagi? Kami hanya perlu mengadopsinya juga,” tambahnya dalam simposium.
“Sayangnya, penerapan di Siloam masih dalam tahap awal. Jadi sulit bagi saya untuk memberi tahu seperti apa bentuknya. Tapi saya yakin, dalam setahun kami akan melihat manfaat seperti yang telah dirasakan rumah sakit lain (di luar negeri).”
Tulisan ini merupakan terjemahan dari artikel di Healtcare IT News yang berjudul “Siloam Hospitals Group’s Digital Transformation Journey”