Seminggu yang lalu, tepatnya pada 31 Januari 2022, sebuah game yang bernama Wordle diakuisisi oleh The New York Times. Dua minggu sebelumnya, perusahaan software Microsoft mengakuisisi perusahaan video game Activision Blizzard. Microsoft adalah salah satu perusahaan teknologi yang aktif melakukan akuisisi. Github, LinkedIn, Xamarin, Mojang (pengembang game Minecraft), Nokia, adalah beberapa perusahaan yang telah diakuisisi oleh Microsoft.
Dalam 30 tahun terakhir, raksasa teknologi FAMGA – Facebook, Amazon, Microsoft, Google, & Apple, telah melakukan lebih dari 800 akuisisi secara akumulatif. Meskipun dalam masa pandemi Covid-19, mereka tetap aktif dalam pembelian perusahaan. Apple dan Microsoft adalah yang paling gencar dengan total 9 akuisisi sejak awal tahun 2020.
Perusahaan teknologi di Indonesia pun tidak kalah. Terbaru (26/01), perusahaan e-commerce enabler Sirclo, mengakuisisi Warung Pintar, startup yang fokus pada digitalisasi usaha mikro. Mekari, pengembang software SaaS untuk UKM, adalah salah satu yang gencar melakukan akuisisi. Tercatat ada Qontak CRM, software akuntansi Jurnal, solusi HR Talenta, dan beberapa perusahaan lain yang telah diakuisisi oleh Mekari.
Lantas, mengapa perusahaan teknologi mengakuisisi perusahaan lain? Apakah mereka tidak bisa membuat anak perusahaannya sendiri?
Apa itu Akuisisi?
Merujuk definisi dari Investopedia, akuisisi adalah ketika ada sebuah perusahaan yang membeli sebagian besar, atau bahkan semua saham yang dimiliki perusahaan lain. Tujuannya, untuk mendapatkan kontrol pada perusahaan tersebut. Dengan membeli lebih dari 50% kepemilikan perusahaan, perusahaan yang mengakuisisi dapat mengambil keputusan strategis tanpa membutuhkan persetujuan dari pemilik saham yang lain. Akuisisi adalah aksi yang umum dilakukan dalam dunia bisnis.
Akuisisi dapat dilakukan dengan perundingan yang bersahabat antara dua buah perusahaan, dimana perusahaan yang akan diakuisisi menyambut dengan baik rencana akuisisi tersebut. Pada situasi ini, mereka berunding mengenai persyaratan dan ketentuan akuisisi, hingga ditemui kesepakatan.
Akuisisi juga dapat dilakukan secara paksa, yang disebut dengan “hostile takeover”. Pada kasus ini, perusahaan pengakuisisi melakukan pendekatan secara langsung kepada pemilik saham sehingga terakumulasi lebih dari 50%. Pengakuisisi menawarkan harga saham yang lebih tinggi daripada harga di bursa, yang membuat pemilik saham tertarik untuk menjualnya. Menurut situs World Finance, hostile takeover terbesar di industri teknologi adalah ketika America Online (AOL) mengakuisisi Time Warner.
Alasan Perusahaan Teknologi Melakukan Akuisisi
1. Akses pada Inovasi Teknologi
Alasan utama perusahaan teknologi melakukan akuisisi adalah mendapatkan produk inovatif yang telah dilahirkan perusahaan target. Perusahaan kecil cenderung lebih inovatif daripada perusahaan besar. Mereka lebih lincah (agile), tidak banyak birokrasi, dan berani gagal. Inovasi teknologi banyak dilahirkan oleh perusahaan kecil, yang kemudian bisa menjangkau pengguna yang lebih masif setelah diakuisisi oleh perusahaan besar.
Visio Corporation, perusahaan yang mengembangkan software pembuat diagram, diakuisisi oleh Microsoft pada tahun 2000, adalah cikal bakal dari Microsoft Visio. Begitu pula Powerpoint, produk inovatif yang dikembangkan Forethought, diakuisisi Microsoft pada tahun 1987. Sistem operasi Android yang banyak digunakan di ponsel pintar, juga dilahirkan dari perusahaan startup, Android Inc yang diakuisisi Google pada tahun 2005. Masih banyak lagi contoh inovasi teknologi yang diperoleh dari aksi akuisisi perusahaan lain.
2. Akses pada Pasar
Beberapa perusahaan melakukan akuisisi untuk memasuki pasar dengan segmen yang berbeda. Gojek, pada tahun 2020 mengakuisisi startup e-wallet Vietnam, WePay, untuk memperkuat ekspansi mereka di negara tersebut.
Pada tahun 2018, Microsoft mengakuisisi platform repositori source code Github, untuk lebih merangkul komunitas open source. Dengan mengakuisisi perusahaan yang sudah memiliki pangsa pasar di segmen atau geografis tertentu, pengakuisisi tidak perlu bersusah payah membangunnya dari awal.
3. Akses pada Basis Pelanggan
Mekari, perusahaan yang menawarkan solusi digital lengkap untuk UKM, telah mengakuisisi Jurnal.id, Talenta, Qontak, dan Sleekr. Selain melengkapi solusi dari produk yang sudah ada, Mekari juga memperoleh aset yang lain: basis pelanggan. Setiap perusahaan yang diakuisisi, tentu sudah memiliki basis pelanggannya masing-masing. Dengan aksi akuisisi tersebut, basis pelanggan Mekari menjadi lebih besar. Basis pelanggan yang besar ini juga bagus untuk strategi cross-selling dengan menjual produk pelengkap ke pelanggan yang sudah ada.
Atlassian, perusahaan software asal Australia, memiliki produk software manajemen proyek yang bernama Jira. Pada tahun 2017, Atlassian mengakuisisi Trello, sebuah platform yang memiliki fungsi yang sama dengan produk mereka. Pada saat pengumuman akuisisi, CEO Atlassian, Mike Cannon-Brookes, menyampaikan bahwa mereka dan Trello memiliki visi yang sama, membantu tim menyelesaikan tugasnya. Lebih lanjut, mereka memiliki milestone yang sama, 100 juta pengguna! Dengan adanya akuisisi tersebut, basis pelanggan mereka semakin mendekati angka target pencapaian tadi.
4. Akses pada Talenta Digital (Acquihire)
India adalah negara yang memiliki jumlah talenta digital yang cukup banyak. Beberapa perusahaan teknologi global, membuka kantor riset dan pengembangan di sana. Gojek salah satunya. Pada tahun 2016, startup unicorn ini mengakuisisi 2 perusahaan India, C42 Engineering dan CodeIgnition. Dengan aksi akuisisi ini, Gojek mendapatkan talenta digital yang sudah siap melakukan pengembangan produk. Tidak perlu melakukan proses rekrutmen dan pelatihan lagi.
Akuisisi perusahaan untuk mendapatkan talenta yang sudah berpengalaman ini biasa disebut acquihire, akuisisi untuk mempekerjakan (hire).
Pada tahun 2019, perusahaan IT terkemuka IBM, mengakuisisi Red Hat, pengembang produk open source berskala enterprise. Akuisisi ini membuat pengamat bertanya-tanya mengapa IBM mengakuisisi Red Hat. Mereka sudah menjadi partner dan solusi Red Hat tersedia secara open source. Beberapa analis menyampaikan bahwa ini adalah salah satu langkah strategis IBM dalam merekrut engineer dari Red Hat. Alasan ini menjadi masuk akal mengingat rasio engineer dengan personil sales IBM terbilang kecil dibandingkan perusahaan teknologi lain seperti Facebook, Amazon, Microsoft, Google, dan Apple.
Penutup
Ketika perusahaan teknologi melakukan aksi akuisisi, setidaknya ada satu alasan di atas yang menjadi dasarnya. Tetapi mungkin saja tidak hanya satu, tetapi dua sampai tiga di antaranya.
Sebagai penutup artikel mengenai akuisisi ini, saya kutip Law of Parsimony berikut:
Ketika hanya ada satu alasan untuk sebuah kesepakatan, ada peluang besar untuk sukses. Ketika ada lebih dari satu alasan, manajer hanya ingin Anda yakin bahwa kesepakatan tersebut akan menghasilkan banyak uang.